Secara administrasi Pulau Breuh terletak di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Pulau ini memiliki topografi wilayah yang berbukit dengan daya tarik berupa pantai berpasir putih yang landai, terumbu karang serta landscape yang indah dan masih alami (BPS Kab. Aceh Besar, 2017).
Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar memiliki pantai berpasir dengan panjang garis pantai lebih dari 100 kilometer yang merupakan pantai peneluran penyu terpanjang di Indonesia. Menurunnya populasi penyu dapat memberikan dampak pada ekosistem laut karena penyu berperan penting terhadap keseimbangan ekosistem laut. Oleh karena itu, diperlukan tempat konservasi yang dapat menjaga dan mengembangbiakkan penyu yaitu dengan merancang Kawasan Ekowisata Penangkaran Penyu di Desa Gugop.
LEPA atau Lembaga Ekowisata Pulo Aceh yang sudah aktif dari tahun 2017 merupakan kelompok yang dibentuk atas prakarsa masyarakat di kawasan Desa Gugop , Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Pendirian Lembaga ini sangat terkait dengan Panglima Laot , lembaga adat yang mengawasi program konservasi laut di wilayah sekitarnya disebut Lhok.
MISI Lembaga Ekowisata Pulo Aceh
LEPA memiliki 3 misi utama, yaitu:
1. Pemanfaatan
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Aceh Besar dan jasa lingkungan lainnya
melalui kegiatan ekowisata berkelanjutan.
2. Meningkatkan
sumber daya manusia dalam pengelolaan kelembagaan yang efektif, efisien, dan
mandiri.
3. Meningkatkan
pendapatan ekonomi masyarakat melalui kegiatan ekowisata berbasis kearifan
lokal.
Fakta menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan populasi atau jumlah sarang penyu yang semakin berkurang dari tahun ke tahun di Pantai Pulo Aceh. Hal ini disebabkan oleh faktor alam dan ulah manusia. Faktor alam yang mengancam keberadaan penyu adalah predator, penyakit, dan perubahan iklim. Sementara itu, kegiatan manusia yang menyebabkan penurunan populasi penyu antara lain pengambilan telur yang berlebihan untuk ekonomi, dan penyu yang tertangkap jaring ikan, sehingga keberadaan penyu di alam terancam punah. Selama tahun 2017-2019, organisasi ini melakukan dan melepasliarkan sebanyak 1958 tukik penyu di sepanjang pantai Lambaro.
Tantangan yang dihadapi LEPA dalam mengatasi masalah konservasi adalah keterbatasan kapasitas dan manajemen organisasi (kerangka kerja organisasi, strategi, dan pembiayaan berkelanjutan) serta keterbatasan kapasitas individu staf terkait keahlian dalam pengembangan jejaring. Selain itu, perlu juga dilakukan peningkatan kapasitas staf dalam melaksanakan berbagai proyek yang menggunakan pendekatan konservasi yang inovatif.
Oleh karena itu, fokus utama dalam program ini yaitu untuk adanya peningkatan kapasitas kelembagaan LEPA dalam melakukan upaya konservasi penyu yaitu pemantauan telur, relokasi, dan penangkaran. Kegiatan lain termasuk pelatihan staf dalam merancang destinasi dan pedoman ekowisata.
Kegiatan Lembaga Ekowisata Pulo Aceh
1. Pelatihan Ekowisata dan Paket Wisata
Konservasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat diharapkan dapat mencegah punahnya habitat penyu karena predator alami maupun manusia. Kegiatan Pelepasan Tukik oleh Lembaga Ekowisata Pulo Aceh dilakukan pada tanggal 11 maret 2023 dengan pelepasan 50 tukik dari 90 telur penangkaran. Jenis Tukik yang dilepaskan adalah Belimbing dan Lekang. Pelepasan dilakukan di Pasie Lambaro Gugop.
Untuk melakukan kegiatan ini LEPA mengemasnya dengan pembuatan paket wisata yang melibatkan beberapa agen tour seperti zalyan tour dan beberapa pemberita media online.
Peserta yang hadir dalam kegiatan ini 88 orang terdiri dari DPRA, BPSPL Padang, DKP, DPMG, BUMDESMA Pulo Breuh Maju Beusaree, Polsek Pulo Aceh, Koramil Pulo Aceh, dan Masyarakat Pulo Breuh.
Pengarahan dari BPSPL Padang Kris Handoko sebelum Pelepasan Penyu |
2. Sosialisasi kawasan konservasi penyu dan Doa Bersama
Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 1 April 2023 di pasie lambaro, gampong gugop kecamatan pulo aceh, yang melibatkan 90 orang partisipan terdiri dari Aparatur gampong, Tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemuda di pulo breuh.
Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman pada masyarakat, tokoh dan aparatur gampong tentang pelaksanaan kegiatan kawasan konservasi penyu, pentingnya pengelolaan kawasan konservasi dan perlindungan satwa penyu di pulo breuh.
3. Leadership Training
Kegiatan Leadership Training dilakukan pada tanggal 20-21 Mei 2023 di Aula UPT-BPKS Pulo Aceh. Kegiatan ini di fasilitasi oleh 2 orang dan berasal dari CV. Daratan Samudera yakni lembaga yang bergerak dalam pembinaan dan pengembangan SDM di Provinsi Aceh.
Jumlah partisipan yang hadir 12 orang dengan komposisi:
- Pengurus LEPA 6 orang
- 2 Pemateri orang
- Lokal Organizer 1 orang
- Notulensi 1 orang
- Fasilitator 1 orang
Metodologi Training
Pelatihan Kepemimpinan (leadership) ini dilaksanakan menggunakan metode experiential learning, Sistem ruang pembelajaran saat pelaksanaan adalah 50% ruang terbuka dan 50% menggunakan sistem dalam ruangan.
4. Pelatihan Kepemimpinan Konservasi
Pelatihan kepemimpinan konservasi yang mencakup aspek perubahan iklim menjadi sangat penting. Pelatihan ini akan membantu para pegiat konservasi dalam mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem.
Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 23 s/d 25 Mei 2023 di Aula UPT-BPKS Pulo Aceh. Kegiatan ini di fasilitasi oleh 2 orang, utusan dari Pegiat Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Padang (BPSPL Padang).
Jumlah partisipan yang hadir 10 orang dengan komposisi:
- Pengurus LEPA 6 orang
- 2 Pemateri orang
- Notulensi 1 orang
- Fasilitator 1 orang
0 Comments
Posting Komentar